Tanah Jawa terkenal dengan kebudayaanya yang kental di setiap aspek
kehidupan, termasuk rumah ibadah, seperti Masjid Gedhe Kauman di DI
Yogyakarta. Hampir seluruh detil bangunan masjid mencirikan budaya Jawa
yang kental.
Masjid Gedhe Kauman adalah salah satu masjid besar yang ada di Tanah Jawa. Berada di Jl Kauman, Alun-alun Keraton Yogyakarta, masjid ini menjadi simbol harmonisasi sisi kebudayaan khas Kerajaan Yogyakarta, dengan sisi religius masyarakatnya.
Masjid yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta itu, dibangun pada tahun 1773, seperti yang ditulis Buku 100 Masjid Terindah Indonesia, terbitan Andalan Media, Minggu (29/7/2012). Masjid ini dibangun pada zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai sarana ibadah bagi keluarga dan rakyatnya.
Ada satu hal yang menarik dari bangunan masjid besar milik Yogyakarta ini, yaitu penataan dan detil bangunan. Hampir seluruh detil bangunan mencirikan perpaduan kebudayaan Jawa dan agama Islam.
Lihat saja ke atap masjid. Atap Masjid Gedhe Kauman menggunakan pola susun tiga gaya tradisional Jawa bernama Tajug Lambing Teplok. Pola ini bermakna tiga tahapan pencarian kesempurnaan hidup manusia, yaitu hakikat, syariat dan ma'rifat.
Di ujung teratas atap, Anda bisa melihat bagian masjid yang berbentuk daun sejenis sukun, yang bermakna keistimewaan bagi individu yang telah mencapai kesempurnaan hidup. Di sana juga terdapat gadha besar berbentuk huruf alif sebagai perlambang hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Masuk ke dalam masjid, Anda dihadapkan dengan banyak tiang yang berdiri tegak, menopang tubuh besar masjid. Menurut para ahli, tiang-tiang tersebut terbuat dari kayu jati Jawa secara utuh tanpa sambungan. Lebih spesial lagi, kayu tersebut telah berusia 400-500 tahun.
Telisik boleh telisik, memang hampir seluruh ornamen di Masjid Gedhe Kauman mengandung makna khusus. Contoh lainnya adalah profil buah labu atau disebut waluh dalam bahasa Jawa, yang ada di setiap pilar pagar. Buah labu ini mengandung makna pengingat kepada Allah yang dalam bahasa Arab disebut Wallahi.
Ada hal unik lain yang bisa Anda temukan saat salat di Masjid Gedhe Kauman. Selain mihrab dan mimbar untuk imam yang memimpin salat, Anda juga bisa melihat sebuah ruangan khusus di shaf paling depan.
Eits, jangan sekali-kali mencoba salat di sana ya! Ruangan khusus berukuran kecil di shaf terdepan itu, dikhususkan untuk sultan dan keluarga yang akan melaksanakan salat.
Masjid Gedhe Kauman adalah salah satu masjid besar yang ada di Tanah Jawa. Berada di Jl Kauman, Alun-alun Keraton Yogyakarta, masjid ini menjadi simbol harmonisasi sisi kebudayaan khas Kerajaan Yogyakarta, dengan sisi religius masyarakatnya.
Masjid yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta itu, dibangun pada tahun 1773, seperti yang ditulis Buku 100 Masjid Terindah Indonesia, terbitan Andalan Media, Minggu (29/7/2012). Masjid ini dibangun pada zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai sarana ibadah bagi keluarga dan rakyatnya.
Ada satu hal yang menarik dari bangunan masjid besar milik Yogyakarta ini, yaitu penataan dan detil bangunan. Hampir seluruh detil bangunan mencirikan perpaduan kebudayaan Jawa dan agama Islam.
Lihat saja ke atap masjid. Atap Masjid Gedhe Kauman menggunakan pola susun tiga gaya tradisional Jawa bernama Tajug Lambing Teplok. Pola ini bermakna tiga tahapan pencarian kesempurnaan hidup manusia, yaitu hakikat, syariat dan ma'rifat.
Di ujung teratas atap, Anda bisa melihat bagian masjid yang berbentuk daun sejenis sukun, yang bermakna keistimewaan bagi individu yang telah mencapai kesempurnaan hidup. Di sana juga terdapat gadha besar berbentuk huruf alif sebagai perlambang hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Masuk ke dalam masjid, Anda dihadapkan dengan banyak tiang yang berdiri tegak, menopang tubuh besar masjid. Menurut para ahli, tiang-tiang tersebut terbuat dari kayu jati Jawa secara utuh tanpa sambungan. Lebih spesial lagi, kayu tersebut telah berusia 400-500 tahun.
Telisik boleh telisik, memang hampir seluruh ornamen di Masjid Gedhe Kauman mengandung makna khusus. Contoh lainnya adalah profil buah labu atau disebut waluh dalam bahasa Jawa, yang ada di setiap pilar pagar. Buah labu ini mengandung makna pengingat kepada Allah yang dalam bahasa Arab disebut Wallahi.
Ada hal unik lain yang bisa Anda temukan saat salat di Masjid Gedhe Kauman. Selain mihrab dan mimbar untuk imam yang memimpin salat, Anda juga bisa melihat sebuah ruangan khusus di shaf paling depan.
Eits, jangan sekali-kali mencoba salat di sana ya! Ruangan khusus berukuran kecil di shaf terdepan itu, dikhususkan untuk sultan dan keluarga yang akan melaksanakan salat.
0 comments:
Post a Comment