Setelah
Melakukan Riset Ilmiah, 5 Ilmuwan Ini Menjadi Muslim Jumat, 17 Agustus 2012 ·
Posted in Religi "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi". (QS Ali Imron : 190-191.)
Ayat di atas
menjelaskan tentang kebesaran Allah; bahwa keberadaan dan kebesaran-Nya dapat
dibuktikan melalui adanya alam semesta. Orang-orang yang berakal (ulul
Albab/cendekiawan) yang disebutkan dalam ayat itu dapat membuktikan keberadaan
Allah melalui penelitian terhadap ciptaan-Nya. Sehingga tidak mengherankan,
tidak sedikit manusia yang pada mulanya berada dalam kejahiliyahan, akhirnya
memeluk Islam dan menjadi muslim yang teguh setelah menemukan kebenaran
pernyataan Alquran tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Dalam
Alquran sendiri, meski baru diturunkan 14 abad yang lalu, sudah banyak
mengungkap fakta-fakta alam semesta secara ilmiah. Satu persatu fakta-fakta itu
terbuktikan kebenarannya sehingga melahirkan beragam ilmu pengetahuan. Pada
abad modern ini, pembuktian kebenaran Alquran banyak dilakukan oleh ilmuwan
non-muslim. Bahkan tidak sedikit di antara mereka akhirnya yang dengan
keikhlasan mengucap dua kalimat syahadat. Ada banyak ilmuwan dunia yang
akhirnya mengakui kebenaran Alquran setelah melakukan penelitian di bidangnya.
Berikut 5
Ilmuwan Yang Menjadi Muslim Setelah Melakukan Riset Ilmiah :
1. Maurice Bucaille, masuk Islam karena
jasad Fir'aun
Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan
Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan
di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk
Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis
menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan
menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah
sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian. Ternyata, hasil akhir yang
ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang
mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya
segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi
agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan:
Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain
(tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan
akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang
penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia
terbitkan dengan judul 'Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern', dengan
judul aslinya, 'Les Momies des Pharaons et la Midecine'. Saat menyiapkan
laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille
seraya berkata: "Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin
telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".
Dia mulai berpikir dan
bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut
baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun
sebelumnya. Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis
mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang
kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat
tersebut.
Dari sini kemudian terjadilah
perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia
bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan
pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun
diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di
antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk
Bucaille firman Allah SWT yang artinya: "Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia
mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk
maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan
orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: "Sungguh aku masuk
Islam dan aku beriman dengan Alquran ini".
2. Jacques Yves Costeau, di lautan
terdalam menemukan Islam
Mr Jacques Yves Costeau adalah
seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir
pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke
berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang
keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv
Discovery Channel.
Pada suatu hari ketika sedang
melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan
mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau
tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah
ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya
untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di
tengah-tengah lautan.
Sampai pada suatu hari ia bertemu
dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya.
Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan
(surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.
Ayat itu berbunyi: "Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing".
Kemudian dibacakan surat Al-Furqan
ayat 53 : "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan);
yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."
Terpesonalah Mr Costeau mendengar
ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang
pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran
memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh
kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.
3. Demitri Bolykov, meyakini matahari
akan terbit dari Barat
Sebagai seorang ahli fisika asal
Ukraina, Demitri Bolykov mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah
fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh
Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.
Teori yang dikemukan oleh Prof
Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan
fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah
sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang
dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang
saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada
dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan
tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan
"Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika". Gerak ini pada substansinya
menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.
Pada tingkat realita di alam ini,
daya matahari merupakan "kekuatan penggerak" yang bisa melahirkan
area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian
gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya
intensitas daya matahari.
Atas dasar ini pula posisi dan arah
kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi
hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam
setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah
hingga 40 km dalam setahun.
Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet
bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak.
Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub
magnet bergantian tempat. Artinya bahwa "gerak" perputaran bumi akan
mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar)
dari Barat.
Ilmu pengetahuan dan informasi
seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun,
akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan
serta penelitian.
Ketika ia menelaah kitab-kitab
samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi
tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
"Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan
menerima taubatnya."
4. Dr.Fidelma O’Leary, menemukan
rahasia sujud dalam salat
Dr Fidelma, ahli neurologi asal
Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak
manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam
otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia
memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan penemuannya, ia
mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun
tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki
urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang
tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan
ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi
secara normal.
Rupanya memang urat saraf dalam otak
tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya
darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat. Dengan kata
lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi
sujud akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke
otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Setelah penelitian mengejutkan
tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan
diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya,
ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika
mengkaji dan menyelami agama samawi ini.
5. Profesor William, menemukan tumbuhan
yang bertasbih
Sebuah majalah sains terkenal,
Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang
dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak
bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan.
Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran
ultrasonik kemudian diubah menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat
ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut
dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada
layar monitor dalam bentuk rangkaian garis. Para ilmuwan ini lalu membawa hasil
penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah
peneliti muslim.
Yang mengejutkan, getaran halus
ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang
membentuk lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas
terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan.
Peniliti muslim ini lalu mengatakan
jika temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun
yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu
lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya.
Sang peneliti muslim kemudian
membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi : "Bertasbih kepada-Nya langit
yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada
suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,"
(QS Isra: 44).
Setelah menjelaskan tentang Islam
dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf
Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim
peneliti Inggris.
Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor
William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan : "Dalam
hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun
menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang
melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini.
Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan
tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal
ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,"
demikian ungkapan William.
0 comments:
Post a Comment