Ketahuilah bahwa sesungguhnya sikap
berlebih-lebihan dalam menjalankan agama tidak akan berakibat pada
timbulnya kemaslahatan dunia dan akhirat, bahkan justru berakibat
sebaliknya. Sikap berlebih-lebihan akan mengakibatkan kelemahan. Jika
kelemahan itu terjadi dalam pelaksanaan kewajiban, maka akan
menimbulkan sikap meremehkan dan maksiat. Tambahan yang tidak ada dalam
agama (bid’ah) akan menimbulkan berkurangnya fungsi agama. Jika tambahan
itu terus dilaksanakan akan berakibat terputusnya pahala, karena
berarrti memasukkan ke dalam agama sesuatu yang bukan dari agama.
Rasulullah bersabda :
يا أيّها النّاس افعلوا من الاعمال ما تطيقون فانّ الله لا يملّ من الثّواب حتّى تملّوا من العمل, و خير العمل ما ديم عليه
Artinya : “ Wahai manusia,
kerjakanlah amalan-amalan yang engkau mampu, maka sesungguhnya Allah
tidak bosan memberikan pahala sehingga kalian sendiri bosan untuk
berbuat (bekerja), dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang lebih
langgeng “.
Beliau juga berkata kepada seseorang yang terlalu tekun dalam beribadah hingga matanya rusak :
انّ هذا الدّين متين فأوغل فيه برفق , انّ المنبت لا ارضا قطع و لا ظهرا ابقى
Artinya : “ Sesungguhnya agama ini
ulet (elastis), maka masuklah ke dalamnya dengan lemah lembut (tidak
kaku). Sesungguhnya tanaman itu tidak merusak tanah dan tidak
melestarikannya “.
Tidak diragukan lagi bahwa manusia, di samping
mendapat beban untuk beribadah yang erat kaitannya dengan masalah
akhirat, juga mendapat beban untuk memakmurkan bumi dan menegakkan
kehidupan yang goncang. Kalau seorang hanya sepenuhnya memperhatikan
kehidupan akhirat, niscaya dunia akan hancur, aturan kehidupan dan
segala nikmat yang tak terhitung banyaknya akan rusak.
Sikap berlebih-lebihan bukan hanya dilarang dalam
urusan keagamaan, tetapi pada setiap masalah pun sikap itu tercela, baik
dalam masalah agama atau masalah dunia.
Mathraf bin Abdullah bin Syukhair berkata kepada
anaknya ketika sedang beribadah : “ Wahai anakku, kebaikan itu letaknya
di antara dua kejelekan, yakni agama itu berada di antara terlalu kurang
(beribadah) dan terlalu berlebih-lebihan (dalam beribadah). Sebaik-baik
perkara adalah yang tengah-tengah ”.
0 comments:
Post a Comment